DEMOKRASI SUMBER BELAJAR DIGITAL MOOC PADA BELAJAR BERBASIS KEHIDUPAN

Henry Praherdhiono
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang
henry.praherdhiono.fip@um.ac.id

Abstrak: Pembelajaran berbasis online secara terbuka yang lazim disebut Massive Open Online Courses (MOOC) sering diteliti dalam hal pembiayaan, dosen, jumlah pebelajar yang terdaftar, dan tingkat penyelesaian pembelajaran. Namun yang perlu dilakukan penjelasan adalah bagaimana MOOC ditinjau dari demokrasi belajar sebagai budaya belajar berbasis kehidupan, hal ini dirasakan bahwa MOOC telah mampu menghubungkan ribuan pebelajar dari berbagai latar belakang, baik agama, suku, ras, hingga pada kepentingan. Penelitian dilakukan dengan metode survei untuk melihat pengalaman belajar pebelajar dalam budaya belajar inovasi dalam MOOC untuk lingkup terbatas dalam web site teknologipendidikan.org dan LMS dengan alamat e-learning.um.ac.id. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya belajar MOOC memiliki beberapa kesamaan dengan budaya belajar pada Learning Management System (LMS).
Kata kunci: MOOC, LMS, Belajar Berbasis Kehidupan

 

  1. Pendahuluan

Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Malang telah melakukan pembelajaran secara online melalui Learning Management System (LMS) (gambar 1) dan telah menguji coba Massive Open Online Courses (MOOC) (gambar 2). Aplikasi pembelajaran berbasis online merupakan upaya Institusi pendidikan tinggi untuk menawarkan lebih banyak kursus dan konten, online, kepada pebelajar secara digital dalam skala dunia (Bralić and Divjak, 2018; Jenkins, 2013; Lombardi, 2013; Pappano, 2012). Pembelajaran online dengan sifat terbuka, menawarkan satu sarana untuk menghubungkan ribuan pebelajar dari beragam lokasi, latar belakang, dan budaya pada topik serta kepentingan global. Pembelajaran berbasis Online yang mampu menghubungkan pelajar secara online bukanlah hal yang baru dalam dunia Pendidikan dan pembelajaran (Alahmari and Kyei-Blankson, 2018; Boggs and Van Baalen-Wood, 2018; Mehta and Saroha, 2018; Nurakun Kyzy et al., 2018). Namun, nuansa MOOC telah memperluas pembelajaran online ke skala besar di seluruh dunia, menghadirkan peluang baru serta tantangan baru (Dennis, 2018; Goh et al., 2018; Reich, 2018; Zheng et al., 2018).

Gambar 1 LMS jurusan atau prodi di lingkungan Universitas Negeri Malang

Pengembangan web merupakan sarana pembelajaran yang paling efektif sebagai wujud pelayanan pembelajaran jurusan atau prodi di lingkungan Universitas Negeri Malang. Penelitian diawali dengan bagaimana cara memupuk pembelajaran online yang efektif dengan jumlah peserta didik yang lebih kecil di jurusan atau prodi di lingkungan Universitas Negeri Malang (Praherdhiono, 2014, 2016; Soepriyanto et al., 2017). Pada tataran pembelajaran yang lebih luas penelitian layanan pembelajaran efektif berbasis web juga telah dilakukan (Garrison et al., 2010; Richardson and Swan, 2003). Berbagai pendekatan telah diterapkan dalam rangka mencari pendekatan optimal untuk mendorong keberhasilan pembelajaran MOOC di jurusan atau prodi di lingkungan Universitas Negeri Malang Universitas Negeri Malang. MOOC Teknologi Pendidikan telah mendaftarkan sejumlah besar pebelajar dari beragam latar belakang. MOOC juga menggunakan diversifikasi teknologi sebagai teknologi yang diterapkan pada pembelajaran jarak jauh, walaupun dalam lingkup kecil, tradisional, dan penyesuaian berbagai hal. Misalnya, sementara pembelajaran mengginakan MOOC masih dibatasi password tertentu yang dibagikan secara khusus pada pebelajar yang diteliti. Selain itu, dengan tingkat pengetahuan dan keahlian yang beragam, serta kisaran sudut pandang pebelajar MOOC, konten MOOC disesuaikan dengan pembelajaran pada tataran matakuliah. Namun dalam arti luas MOOC digunakan untuk memenuhi semua kebutuhan pebelajar (Fredette, 2013; McAndrew and Scanlon, 2013) .

Gambar 2 MOOC jurusan atau prodi dilingkungan Universitas Negeri Malang

 

Life Based Learning dalam kurikulum akan digunakan di Jurusan atau prodi di lingkungan Universitas Negeri Malang Universitas Negeri Malang dalam rangka peningkatan kapabilitas. Tujuan akhir kegiatan belajar tidak terbatas untuk digunakan dalam dunia atau berorientasi pada pekerjaan saja sehingga belajar formal dianggap memiliki tenggang waktu. Life based learning mengakui bahwa lingkungan belajar yang nyaman dalam kehidupan menjadi sumber belajar (Michel and Durdella, 2018; Praherdhiono, 2014). yang membuka peluang untuk mengembangkan kemampuan dan kapabilitas pebelajar sebagai hasil belajar (Praherdhiono and Pramono Adi, 2017). Kapanpun dan dimanapun orang belajar. Belajar merupakan kebutuhan mendasar setiap manusia (Soler and Garzon, 2015). Secara konstruksi sosial dalam kehidupan manusia, demokrasi pembelajaran membutuhkan membutuhkan Fleksibilitas sebauah sistem. Keinginan dari, oleh dan untuk pebelajar merupakan gagasan pengembangan MOOCs. Sehingga konstruksi pembelajaran di Universitas Negeri Malang dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar merupakan kebutuhan yang mutlak dan sulit untuk dihindari. Keilmuan tidak mungkin berdiri sendiri dan mendominasi . Secara makro, keilmuan saling terkait satu dengan yang lainya bahkan telah berkembang kearah koalisi dalam wujud transdispliner (Chisholm and Blair, 2006; Jackson, 2011). Transparansi keilmuan yang diwujudkan dalam jaringan terbuka dan terpadu merupakan cloud computing yang riil, sehingga memungkinkan mahasiswa, dosen, pengelola, dan pengguna luar pada era belajar menjadi koalisi dalam entitas belajar. Konstruksi social yang dapat diamati berikutnya adalah semua orang saling berbagi dan belajar dengan berbagai perangkat yang dimiliki (Clifford, 2012; Smith and Byrum, 2013).

 

  1. Mooc dalam Era Keterbukaan

Pendidikan terbuka identik pola keterbukaan akses sumber belajar. Semakin banyak perhatian yang diterima dalam mengistilahkan pendidikan terbuka. Asumsi dan beberapa premis yang mendasari penjelasan bahwa pendidikan terbuka pada umumnya merupakan sikap terbuka tentang praktik belajar mengajar (Rodriguez, 2012). Hal ini menjadi suatu istilah baru, termasuk: perizinan terbuka sumber belajar, penyediaan akses terbuka terhadap kuliah dari pendidikan tinggi, dan pengembangan platform terukur (sering dibandingkan dengan software komersial).

Keterbukaan yang ditawarkan oleh MOOC adalah keilmuan yang mudah diakses. Open education saat ini berkembang dalam dua arah yang berbeda, yaitu open education resources (OER) dan open education practices (OEP). Bagi keduanya, visi dasarnya adalah untuk meningkatkan aksesibilitas terhadap pendidikan dan konten dalam skala global. Sementara penelitian OER telah berfokus untuk waktu yang lama mengenai produksi dan publikasi sumber belajar di bawah lisensi terbuka (gambar 2), sedikit perhatian diberikan pada penelitian aktual tentang adaptasi dan penyisipan OER dalam konteks baru termasuk faktor psiko-sosial yang mempengaruhi penggunaan kembali OER. Untuk MOOC dan kursus terbuka, tantangan penelitian yang paling menonjol terkait dengan skalabilitas umpan balik dan dukungan, desain pendidikan kursus terbuka, dan integrasi baru.

Kondisi yang kurang baik adalah mudahnya pengguna MOOC untuk memutuskan keluar dari keanggotaan MOOC. Eriksson dkk., (2017) melaporkan hasil studi kualitatif mereka untuk mengeksplorasi alasan mengapa peserta didik berhenti berhubungan dengan MOOC. Berdasarkan wawancara dengan 34 pebelajar dengan tingkat penyelesaian yang berbeda, hasilnya menunjukkan bahwa karakter non-formal MOOC dan hasil yang tidak jelas dapat dengan mudah menyebabkan perilaku tidak komitmen dari pebelajar. Hal ini, dikombinasikan dengan harapan dan masalah yang memiliki kesenjangan dalam perancangan tugas, bisa menjadi sumber pebelajar yang memutuskan untuk tidak melanjutkan keikutsertaanya pada MOOC.

Kondisi yang menguntungkan dari pembelajaran terbuka yang disajikan MOOC adalah mudahnya memunculkan ide baru. Leach and Hadi, (2017) memfokuskan penelitian mereka untuk mengeksplorasi kategori baru untuk mengapresiasi perilaku belajar dan penggunaan lencana untuk memvisualisasikan sub-prestasi di MOOC. Studi ini menunjukkan peran penting pembelajaran di MOOC dan penerapan model prestasi pada tingkat agregasi lebih rendah daripada saat ini dipraktekkan di sebagian besar mata kuliah. Ide baru lainnya adalah dalam Penelitian oleh Pappas dkk (2017) mengeksplorasi evaluasi tugas dengan video. Menurut penelitian, jenis tugas ini sangat relevan jika dilakukan di luar periode ujian (missal hanya merupakan tugas bukan UTS atau UAS). Selain itu, studi ini menyoroti peran emosi sehubungan dengan penerimaan pebelajar terhadap beban tugas. Temuan ini dapat menginformasikan bahwa praktik desain alternatif di masa mendatang untuk menyematkan konten video ke dalam kursus terbuka dan MOOC harus dilakukan dan sangatlah penting.

MOOCs walaupun masih dalam perdebatan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa MOOC telah mendapatkan pengakuan dan respon baik. Pada tahun 2011 MOOC tentang Introduction to Artificial Intelligence, yang dijalankan oleh Sebastian Thrun dan Peter Norvig di Stanford University, mencapai 160.000 pendaftaran (Rodriguez, 2012). Ketersediaan MOOCs sejak saat itu berkembang pesat, dengan lebih dari 4200 telah dirilis hingga akhir 2015 (Shah, 2015).

Tahap perkembangan MOOC berikutnya merupakan hasil dari konstruksi berfikir dan perkembangan desain pembelajaran. Dua klasifikasi utama dari filosofi desain MOOC mulai digunakan yaitu xMOOCs yang mengikuti pendekatan pembelajaran berbasis konten yang serupa dengan pembelajaran online sebagai standar kampus; dan kursus cMOOCs yang dibangun di seputar prinsip pembelajaran kolaborasi yang konstruktivis antara pebelajar (Kennedy, 2014). Perbedaan memang terjadi dalam pendifinisian jenis MOOC. Namun, klasifikasi sebagai alternatif diusulkan oleh (Clark, 1983) menyediakan untuk menyediakan klasifikasi berbeda satu sama lain, dan (Conole, 2015) menyarankan penghapusan klasifikasi MOOC sehingga definisi MOOC adalah satu dantidak terpisah-pisah berdasarkan kategori. Perdebatan yang terjadi tidak mengurangi makna MOOC sebagai salah satu piranti dalam pembalajaran era sekarang.

MOOC berbeda dari perkuliahan di Pendidikan Tinggi dengan sistem pembelajaran tradisional. MOOC memeliki sifat yang khas terutama karena sifatnya yang terbuka dengan menyediakan akses pembelajaran yang tersedia  untuk siapa saja yang dapat mendaftar dengan alamat email pebelajar. Pembatasan umumnya bersifat local seperti kasus yang terjadi di Uni Eropa harus berusia di atas 13 tahun menurut undang-undang (European Commission.2012). Pembatasan tersebut bukan menjadi sustu hal yang prinsip dalam MOOC. MOOC tetap mendukung penggunaan oleh pebelajar seluas mungkin, dengan tetap memfasilitasi pendekatan secara individual dan menuntut keaktifan pebelajar (Jasnani, 2013), MOOC yang dikembangkan mempersyaratkan semua konten dalam MOOC tersedia sejak awal. Catatan pengembangan konten MOOC harus sejak awal dilandasi agar pebelajar dapat menerapkan strategi mereka sendiri, serta pendaftaran yang dapat dilakukan secara serentak, dan memilih sesuai dengan tingkat mereka sendiri atau Memudahkan pebelajar yang terlambat mendaftar untuk menyesuaikan ketertinggalannya, atau menyediakan kepada pebelajar yang hanya mengakses materi yang mereka minati saja.

MOOC belum memiliki standar, namun dalam perkembangan beberapa MOOC memiliki kemiripan seperti adanya sebuah konsesus pada penyelenggara. Walaupun terdapat konsensus yang berkembang, namun untuk kewajiban penyelesaian keseluruhan program yang oleh pebelajar, bukanlah kriteria terbaik untuk menganalisis keberhasilan MOOC (Hayes, 2015; Ho et al., 2014); namun analisi harus dilakukan dengan pendekatan yang lebih rinci selama pebelajar mengikuti MOOC (Lackner et al., 2015). Beberapa contoh MOOC dalam mengembangkan setiap unit mandiri, serta hasil belajarnya teridentifikasi dan diverifikasi melalui proses validasi oleh lembaga Perguruan Tinggi (Robertshaw et al., 2015). Persyaratan MOOC secara umum adalah 1) keikutsertaan pebelajar dalam setiap unit bervariasi namun biasanya termasuk mengakses semua bahan yang disediakan dan 2) terlibat dalam diskusi dengan beberapa unit yang membutuhkan pebelajar menyelesaikan kuis dengan pilihan ganda. Sehingga MOOC adalah ranah pembelajaran yang memiliki fleksibilitas bagi peserta didik untuk memilih apa dan kapan belajar (Jomah et al., 2016).

 

  1. Dampak Keberadaan MOOC

Keberadaan Teknologi yang digelar berdasarkan implementasi infrastruktur Learning Management system (LMS), merupakan gambaran demokrasi yang mendahului MOOC. MOOC dan LMS bukan teknologi yang perlu dipertandingkan (Bogarín et al., 2018; Pireva et al., 2015). Kedua kubu merupakan partai dalam sistem pembelajaran berbasis online yang mengusung visi dan misinya. Konstruksi LMS dan MOOC telah menjadi budaya belajar berbasis kehidupan merupakan konstruksi kekinian yang perlu menjadi model di lingkungan belajar Universitas Negeri Malang. Infrastruktur online memberikan peluang terlaksananya pembelajaran berbasis online dan terbuka. Penelitian telah menunjukkan kesamaan konstruksi pembelajaran yang secara umum sama dengan hasil penelitian MOOC dan LMS. Penelitian MOOC di berbagai penelitian telah memberikan data secara kuantitatif empiris yaitu telah diakses oleh ribuan pebelajar (Kay et al., 2013; Nesterko et al., 2014). Seiring meningkatnya penawaran teknologi MOOC, pebelajar membentuk komunitas pembelajaran dengan berbagai cara, dan dalam skala yang beragam. Secara empiris memang tidak seperti LMS yang memiliki lingkup terbatas. Secara sederhana, MOOC mengubah budaya banyak pebelajar dalam menghabiskan waktu pribadi mereka untuk belajar informal, menawarkan pengalaman budaya bagi mereka yang ingin memperluas pengetahuan mereka (Knox, 2014; Liu et al., 2016; Loizzo and Ertmer, 2016). Namun, dalam berbagai pengalaman dalam mengimplementasikan MOOC telah mampu melampaui pembelajaran pasif dan merubah secara aktif dengan menghubungkan peserta didik tidak hanya dengan konten, namun dengan instruktur dan sesama pebelajar untuk membentuk komunitas pembelajaran.

Pembelajaran yang menggunakan MOOC dan LMS membentuk lingkungan belajar yang serupa. Pengalaman belajar yang dimiliki mahasiswa untuk menentukan alternatif jawaban merupakan hasil konstruksi berpikir mahasiswa melalui pengalaman belajar yang dikelola secara tertutup maupun melaui pengalaman belajar yang dikelola secara terbuka. Kedua sistem memberikan dampak yang tidak jauh berbeda. Periset di berbagai bidang sumber daya manusia, pembelajaran organisasi, dan peningkatan kinerja (Lu and Li, 2010; Marsick and Watkins, 2003; Yang, 2003) telah melakukan penelitian bagaimana budaya organisasi dapat mempengaruhi kepercayaan dan sikap individu. Lu and Li (2010) menunjukkan bahwa budaya belajar melalui lingkungan belajar mampu mengkonstruksi pola pikir dan pola perilaku di organisasi dengan mengubah sikap dan perilaku seseorang.

Dalam penelitian pembelajaran berbasis online dan penelitian desain pembelajaran, model pembelajaran untuk mendorong pembelajaran bermakna dapat dikonstruksi dari pembelajaran berbasis komunitas pebelajar (Blackmore, 2010; Garrison et al., 2010). Dengan melihat jaringan pembelajaran online yang telah digunakan budaya lingkungan belajar online baik melalui MOOC dan LMS memiliki potensi untuk mempengaruhi kepercayaan dan sikap individu, seperti Lu and Li (2010) dijelaskan. Sebenarnya, budaya pembelajaran MOOC berpotensi memberi dampak yang lebih besar lagi pada sikap dan kepercayaan peserta didik karena sifatnya yang terbuka dan skala kursus global yang besar.

Pada penelitian MOOC dan LMS dilingkungan Universitas Negeri Malang menemukan adanya perubahan budaya belajar berbasis kehidupan. Budaya belajar yang tergambar pada generasi Z menunjukkan perbedaan dengan budaya belajar generasi X dan Y (McCrindle and Wolfinger, 2009; Mohr, 2017). Kecenderungan dosen yang berada dalam generasi X dan Y memiliki keinginan untuk selalu menyiapkan konten belajar. Pebelajar memiliki budaya mencari dengan memanfaatkan mesin pencari. Budaya belajar dikatakan berubah karena akses konstan pebalajar terhadap konten dan kolaborasi melalui media internet dan social semakin terlihat jelas (Bonk, 2009; Iiyoshi and Kumar, 2008). Generasi Z telah memasuki budaya pembelajaran baru di mana kaum X dan Y menganggap sebagai perspektif baru atau bahkan dianggap budaya radikal terhadap dan apa artinya berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Budaya MOOC adalah salah satu budaya dalam berpartisipasi dan personalisasi. Secara umum, MOOC mewakili budaya yang berubah, namun mencerminkan kebutuhan untuk membuat kesempatan pendidikan terbuka bagi semua orang, terlepas dari latar belakang, lokasi, profesi, status keuangan, atau demografi lainnya. Watson and Watson (2014) menganjurkan perlunya transformasi sistemik di institusi pendidikan tinggi, dan merubah sistem pembelajaran tertutup saja menjadi menyediakan pembelajaran secara terbuka walaupun tidak untuk semua. Sistem demokrasi pembelajaran yang terbuka melalui MOOC seperti dalam hasil penelitian sangat efektif mengatasi beragam latar belakang dan tujuan pebelajar saat ini, paradigma pendidikan baru. Kekawatiran terhadap perbedaan hasil belajar MOOC dan LMS bukan menjadi kekawatiran mutlak. MOOC hanyalah salah satu bagian dari diskusi yang jauh lebih besar mengenai perubahan peran institusi pendidikan tinggi dan meningkatnya permintaan untuk akses terbuka terhadap kesempatan pendidikan.

 

  1. Ketersediaan Infrastruktur Pendukung

Ketika benar-benar melaksanakan program, maka perlu dibayangkan bagaimana pemangku kebijakan, ada sejumlah tantangan yang dihadapi oleh semua lembaga penyelenggara pendidikan adalah Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).  Tantangan-tantangan ini meliputi:

  • Ketersediaan infrastruktur TIK
  • Sistem yang mendukung di tingkat sekolah
  • Kemampuan guru dalam penggunaan TIK di kelas
  • Pengembangan konten yang relevan
  • Keterlibatan oleh masyarakat untuk memperluas dampak dan keberlanjutan
  • Pembiayaan keseluruhan kepemilikan TIK

Setidaknya, TIK harus terpasang di lembaga penyelenggara pendidikan dalam rangka untuk digunakan oleh pengajar dan pebelajar.  Hal ini mungkin tampak sederhana, tetapi di negara-negara berkembang umumnya infrastruktur buruk, tidak semua sekolah yang dapat dipetakan, dan di mana populasi siswa tidak diketahui secara tepat, hanya beberapa sekolah yang memberikan jumlah yang tepat dari komputer untuk masing-masing siswanya, hal ini akan dapat menjadi masalah program ini (Zimmermann, 2009).  Selain itu, banyak sekolah di negara berkembang tidak memiliki listrik, tidak memiliki fasilitas penyimpanan TIK aman, dan tidak memiliki akses internet atau pengetahuan TIK lokal untuk mendukung sistem sekali di tempat (Farrell and Isaacs, 2007)

  1. Kesimpulan

Pebelajar di era informasi, yang didominasi oleh generasi Z, memiliki akses lebih cepat terhadap teknologi dan konten daripada generasi x dan y sebelumnya (Prensky, 2010). Bonk (2009) menggambarkan bagaimana internet, pembelajaran terbuka, dan teknologi berbasis online yang digunakan berdasarkan sifat demokrasi akan mengubah budaya belajar menjadi komunitas global dan keaktifan dalam partisipatif. Sumbangan gagasan penelitian ini adalah pada bidang memfasilitasi belajar dan peningkatan kinerja. Hasil penelitian telah menggambarkan bagaimana demokrasi belajar mengkonstruksi budaya pembelajaran dan berpotensi mempengaruhi sikap dan kepercayaan diri pebelajar. Selaras dengan Yang (2003) bahwa proses belajar mengkonstruksi budaya.

Penelitian MOOC dan LMS telah memberikan wawasan lebih terhadap bagaimana pebelajar belajar dalam MOOC dan LMS. Survei yang dilakukan dalam kelas yang berbeda menunjukkan pebelajar secara sadar mengkonstruksi budaya pebelajar yang unik di dalam MOOCs. Penelitian mengusulkan demokrasi belajar dalam MOOC dan LMS menjadi demokrasi pembelajaran sosial global untuk merangkum budaya belajar dinamis dari pebelajar. .

Dengan melihat MOOC dan LMS sebagai budaya pembelajaran sosial global yang dinamis, kami menawarkan lensa baru bagi perancang belajar dan pembelajaran untuk dapat digunakan dalam mengembangkan, menyampaikan, dan memfasilitasi pembelajaran MOOC dan LMS, Perguruan Tinggi secara umum termasuk Universitas Negeri Malang perlu mempertimbangkan karakteristik kebiasaan dan fitur desain pembelajaran, seperti voting dalam diskusi dan tinjauan sejawat (sesama pebelajar), untuk mendorong demokrasi belajar berbasis kehidupan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk (1) mengeksplorasi aspek-aspek demokrasi MOOC dan LMS, (2) mengidentifikasi strategi pembelajaran untuk mengembangkan budaya pembelajaran secara efektif di seluruh perkuliahan dalam berbagai platform penyampaian MOOC dan Hal-hal dalam wujud Subjek penelitian yang mempengaruhi sikap dan perilaku pebelajar.

 

Daftar Pustaka

Alahmari, A., Kyei-Blankson, L., 2018. Comparing Teacher Experiences Using a Learning Management System in K-12 Schools in Saudi Arabia, in: Handbook of Research on Pedagogical Models for Next-Generation Teaching and Learning. IGI Global, pp. 345–360.

Blackmore, C., 2010. Social learning systems and communities of practice. Springer.

Bogarín, A., Cerezo, R., Romero, C., 2018. A survey on educational process mining. Wiley Interdiscip. Rev. Data Min. Knowl. Discov. 8.

Boggs, C., Van Baalen-Wood, M., 2018. Diffusing Change: Implementing a University-Wide Learning Management System Transition at a Public University, in: Leading and Managing E-Learning. Springer, pp. 115–128.

Bonk, C.J., 2009. The world is open: How web technology is revolutionizing education. John Wiley & Sons.

Bralić, A., Divjak, B., 2018. Use of moocs in traditional classroom: blended learning approach. Eur. J. Open Distance E-Learn. 21.

Chisholm, C.U., Blair, M.S., 2006. Extending the models for work-based learning into the lifeplace. World Trans. Eng. Technol. Educ. 5, 19.

Clark, R.E., 1983. Reconsidering research on learning from media. Rev. Educ. Res. 53, 445–459.

Clifford, M., 2012. Bring Your Own Device (BYOD): 10 Reasons Why It’sa Good Idea. Retrieved March 25, 2013.

Conole, G.G., 2015. MOOCs as disruptive technologies: strategies for enhancing the learner experience and quality of MOOCs. Rev. Educ. Distancia.

Dennis, M.J., 2018. The impact of technology on US and worldwide higher education. Enroll. Manag. Rep. 21, 1–3.

Eriksson, T., Adawi, T., Stöhr, C., 2017. “Time is the bottleneck”: a qualitative study exploring why learners drop out of MOOCs. J. Comput. High. Educ. 29, 133–146.

Fredette, M., 2013. How to convert a classroom course into a MOOC. Campus Technol. 8, 13.

Garrison, D.R., Anderson, T., Archer, W., 2010. The first decade of the community of inquiry framework: A retrospective. Internet High. Educ. 13, 5–9.

Goh, W.W., Wong, S.Y., Ayub, E., 2018. The Effectiveness of MOOC Among Learners Based on Kirkpatrick’s Model, in: Redesigning Learning for Greater Social Impact. Springer, pp. 313–323.

Hayes, S., 2015. MOOCs and Quality: A review of the recent literature.

Ho, A.D., Reich, J., Nesterko, S.O., Seaton, D.T., Mullaney, T., Waldo, J., Chuang, I., 2014. HarvardX and MITx: The first year of open online courses, fall 2012-summer 2013.

Iiyoshi, T., Kumar, M.S.V., 2008. Opening up education: The collective advancement of education through open technology, open content, and open knowledge. The MIT Press.

Jackson, N.J., 2011. The lifelong and lifewide dimensions of living, learning and developing. Jackson NJ 2011 Learn. Complex World Lifewide Concept Learn. Educ. Pers. Dev. Authorhouse 1–21.

Jasnani, P., 2013. Designing MOOCs: A white paper on instructional design for MOOCs. Retrieved Oct. 5, 2015.

Jenkins, R., 2013. Who is driving the online locomotive. Chron. High. Educ. 1–6.

Jomah, O., Masoud, A.K., Kishore, X.P., Aurelia, S., 2016. Micro learning: A modernized education system. BRAIN Broad Res. Artif. Intell. Neurosci. 7, 103–110.

Kay, J., Reimann, P., Diebold, E., Kummerfeld, B., 2013. MOOCs: So Many Learners, So Much Potential… IEEE Intell. Syst. 28, 70–77.

Kennedy, J., 2014. Characteristics of massive open online courses (MOOCs): A research review, 2009-2012. J. Interact. Online Learn. 13.

Keolahragaan, K.D.I., 2000. Ilmu Keolahragaan dan Rencana Pengembangannya. Jkt. Pus. Dep. Pendidik. Nas.

Khalil, M., Ebner, M., 2017. Clustering patterns of engagement in Massive Open Online Courses (MOOCs): the use of learning analytics to reveal student categories. J. Comput. High. Educ. 29, 114–132.

Knox, J., 2014. Digital culture clash:“massive” education in the E-learning and Digital Cultures MOOC. Distance Educ. 35, 164–177.

Lackner, E., Ebner, M., Khalil, M., 2015. MOOCs as granular systems: design patterns to foster participant activity. Retrieved Sept. 10, 2015.

Leach, M., Hadi, S.M., 2017. Supporting, categorising and visualising diverse learner behaviour on MOOCs with modular design and micro-learning. J. Comput. High. Educ. 29, 147–159.

Liu, Z., Brown, R., Lynch, C., Barnes, T., Baker, R.S., Bergner, Y., McNamara, D.S., 2016. MOOC Learner Behaviors by Country and Culture; an Exploratory Analysis. EDM 16, 127–134.

Loizzo, J., Ertmer, P.A., 2016. MOOCocracy: the learning culture of massive open online courses. Educ. Technol. Res. Dev. 64, 1013–1032.

Lombardi, M.M., 2013. The inside story: Campus decision making in the wake of the latest MOOC tsunami. J. Online Learn. Teach. 9, 239.

Lu, X., Li, P., 2010. The impact of learning culture on individual innovative behavior, in: Management and Service Science (MASS), 2010 International Conference On. IEEE, pp. 1–4.

Marsick, V.J., Watkins, K.E., 2003. Demonstrating the value of an organization’s learning culture: the dimensions of the learning organization questionnaire. Adv. Dev. Hum. Resour. 5, 132–151.

McAndrew, P., Scanlon, E., 2013. Open learning at a distance: lessons for struggling MOOCs. Science 342, 1450–1451.

McCrindle, M., Wolfinger, E., 2009. The ABC of XYZ: Understanding the global generations. The ABC of XYZ.

Mehta, P., Saroha, K., 2018. Recommendation System for Learning Management System, in: Information and Communication Technology for Sustainable Development. Springer, pp. 365–374.

Michel, R., Durdella, N., 2018. Exploring Latino/a college students’ transition experiences: An ethnography of social preparedness and familial support. J. Lat. Educ. 1–15.

Mohr, K.A., 2017. Understanding Generation Z Students to Promote a Contemporary Learning Environment. J. Empower. Teach. Excell. 1, 9.

Nesterko, S.O., Seaton, D.T., Kashin, K., Han, Q., Reich, J., Waldo, J., Chuang, I., Ho, A.D., 2014. Education Levels Composition (HarvardX Insights). Google Sch.

Nurakun Kyzy, Z., Ismailova, R., Dündar, H., 2018. Learning management system implementation: a case study in the Kyrgyz Republic. Interact. Learn. Environ. 1–13.

Pappano, L., 2012. The Year of the MOOC-The New York Times. Retrrived Httpwww Nytimes Com20121104educationedlifemassive-Open-Online-Courses-Are-Mult.—Rapid-Pace Html.

Pappas, I.O., Giannakos, M.N., Mikalef, P., 2017. Investigating students’ use and adoption of with-video assignments: lessons learnt for video-based open educational resources. J. Comput. High. Educ. 29, 160–177.

Pireva, K., Imran, A.S., Dalipi, F., 2015. User behaviour analysis on LMS and MOOC, in: E-Learning, e-Management and e-Services (IC3e), 2015 IEEE Conference On. IEEE, pp. 21–26.

Praherdhiono, H., 2016. Openportfolio As Moocs In Blededsystems. J. Tekpen 1.

Praherdhiono, H., 2014. Convenience of Learning Environment for Student Special Education With Cyberwellness Concept. Proceeding International postdraduate University Kebangsaan Malaysia. SEAMOSEN.

Praherdhiono, H., Pramono Adi, E., 2017. Constructing Learning Results as Learning Object Through Open Learning System. Atlantis Press. https://doi.org/10.2991/icet-17.2017.52

Pramono, M., 2005. Dasar-Dasar Filosofis Ilmu Olah raga. J. Filsafat 13, 138–146.

Prensky, M.R., 2010. Teaching digital natives: Partnering for real learning. Corwin Press.

Reich, J., 2018. Are MOOC Forums Echo Chambers or Bridging Spaces? Educ. Week.

Richardson, J., Swan, K., 2003. Examing social presence in online courses in relation to students’ perceived learning and satisfaction.

Robertshaw, D., Owen, E., Hadi, S.M., 2015. An approach to quality assurance of MOOCs: Bringing MOOCs into mainstream quality processes. Learn. MOOCs II 2–3.

Rodriguez, C.O., 2012. MOOCs and the AI-Stanford like courses: Two successful and distinct course formats for massive open online courses. Eur. J. Open Distance E-Learn. 15.

Shah, D., 2015. By the numbers: MOOCs in 2015. Cl. Cent.

Smith, S., Byrum, D., 2013. Using a BYOD model to teach a graduate level video production course to in-service teachers, in: Proceedings of Society for Information Technology & Teacher Education International Conference. pp. 1738–1745.

Soepriyanto, Y., Praherdhiono, H., Adi, E.P., 2017. Pengembangan Model Pengelolaan Kuliah Bersama Rumpun Mata Kuliah Sama Pada Karakteristik Lembaga Penyelenggara Berbeda. Edcomtech J. Kaji. Teknol. Pendidik. 1.

Soler, L.C.T., Garzon, N., 2015. Tutores inteligentes en la labor educativa. U CSIS 1.

Watson, W.R., Watson, S.L., 2014. Redesigning higher education: embracing a new paradigm. Educ. Technol. 47–51.

Yang, B., 2003. Identifying valid and reliable measures for dimensions of a learning culture. Adv. Dev. Hum. Resour. 5, 152–162.

Zheng, Q., Chen, L., Burgos, D., 2018. The International Comparison and Trend Analysis of the Development of MOOCs in Higher Education, in: The Development of MOOCs in China. Springer, pp. 1–9.

 

22 comments

  1. Do you have any kind of tips for composing write-ups?
    That’s where I constantly struggle and I just wind up staring vacant display for long period
    of time.

  2. Great article! This is the type of information hat should be shared across the net.Disgrace on the seek engines for now not positioningthis publish upper! Come on over and talk over with my site. Thank you =)

  3. Hi. I have checked your teknologipendidikan.org and i
    see you’ve got some duplicate content so probably it is the reason that you don’t rank hi in google.
    But you can fix this issue fast. There is a tool that generates articles like human, just search in google: miftolo’s tools

  4. I just couldn’t depart your site before suggesting that I extremely enjoyed the standard information a person provide for your visitors? Is going to be back often in order to check up on new posts

  5. Hey There. I found your blog using msn. This is an extremely well written article. I抣l make sure to bookmark it and return to read more of your useful info. Thanks for the post. I will certainly comeback.

  6. Hello there I am so thrilled I found your blog, I really found you by accident, while I was browsing on Digg for something else, Regardless I am here now and would just like to say cheers for a fantastic post and a all round thrilling blog (I also love the theme/design), I don抰 have time to look over it all at the minute but I have book-marked it and also added in your RSS feeds, so when I have time I will be back to read a lot more, Please do keep up the awesome job.

  7. Wow, this outfit looks so good on you! So glad to call you a friend and also a fellow business woman!

  8. excellent post, very informative. I wonder why the other experts of this sector do not notice this. You should continue your writing. I’m sure, you’ve a huge readers’ base already!

  9. I in addition to my pals were actually reading the great advice on your website and so before long came up with a terrible feeling I never thanked the web site owner for those secrets. These men became as a result glad to read through all of them and have certainly been loving these things. We appreciate you genuinely so kind and also for using this kind of incredibly good subjects millions of individuals are really needing to discover. Our sincere apologies for not saying thanks to you sooner.

  10. I’m still learning from you, while I’m making my way to the top as well. I absolutely love reading everything that is written on your blog.Keep the tips coming. I enjoyed it!

  11. Hiya, I am really glad I’ve found this information. Today bloggers publish only about gossips and web and this is really frustrating. A good blog with interesting content, that’s what I need. Thank you for keeping this website, I will be visiting it. Do you do newsletters? Can not find it.

  12. I am only writing to let you understand of the useful discovery my princess had reading your site. She mastered several issues, which include what it’s like to have an amazing giving spirit to have many more easily know just exactly some tricky issues. You undoubtedly exceeded people’s expected results. Thanks for delivering those productive, trusted, educational and as well as fun tips on this topic to Tanya.

Leave a Reply to Hairstyles Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *