Pengembangan Media ditengah Pandemi
Saya meyakini kegundahan semua orang sebagai realitas. Covid 19 telah memporak porandakan akal sehat kita. Mulai dengan pro dan kontra yang terjadi karena perasaan yang paling benar. Beberapa bulan ini kita disuguhi tukang Ojol menyuarakan …. dengan nada yang khas jalanan …. intinya adalah Bapak Ibu yang berada di rumah, biarkan kami (ojol) tetap di jalan untuk tetap melayani bapak dan ibu yang bahagia di rumah …
Tapi sederhana saja rekan-rekan
Video 1. Bapak OJOL bersuara
Siapa yang bisa menyangkal dari penjelasan bapak OJOL tersebut ….
Namun sebagaimana sisi lain dari matauang yang sama, juga dengan jelas memaparkan
Video 2. Paramedis Bersuara
Siapa yang mampu membantah … bahwa dengan tinggal di rumah kita telah membantu tenaga medis.
Kedua hal tersebut merupakan realitas yang menjadi fakta dalam media pembelajaran bagi masyarakat. Kemampuan masyarakat mengolah informasi berdasarkan kedekatan Entry Behaviour. Kalau kita sangat berempati kepada bapak OJOL maka kita mengangap bahwa ekonomi jauh lebih penting dari pada kesehatan … karena kesehatan berawal dari kemerdekaan ekonomi. Namun jika Entry Behaviour kita mengarah pada Petugas Medis … maka kesehatan lebih penting … Setelah kesehatan terjamin maka kita dapat melakukan aktivitas apapun, termasuk aktivitas berekonomi.
Pendekatan pengembangan media, bukan permasalahan dengan kecanggihan. Tapi ketepatan sasaran media tersebut. Jika saya menganalisis perjuangan bapak OJOL tersebut, ternyata beliau lebih cerdas dalam menganalisis media apa yang harus saya gunakan supaya suara saya dapat didengar MEMBAHANA. Silahkan ikuti tayangan berikut
Video 3 Suara Bapak OJOL telah sampai di ILC
Tukang OJOL membuat video suara ojol (video 1) untuk mampu menembus ILC. Ini merupakan cara cerdas dalam memilih media. Demikian pula jeritan hati garda depan pandemi mulai dari dokter dari Indonesia maupun dari luar negeri yaitu secarik kertas kecil yang akhirnya dapat mempengaruhi kebijakan
Video 4 Kebijakan faktor kesehatan yaitu Pembatasan Sosial Skala Besar
Nah … jika semua entry behaviour mempengaruhi desain, pengembangan dan implementasi media, termasuk media pembalajaran, maka terdapat sebuah pertanyaan yang besar dalam kerangka pembelajaran yang pedal remnya tiba-tiba diinjak oleh kondisi pandemi. Saya mengibaratkan bahwa belajar secara online bukan perkara memindah yang analog menjadi digital … namun ada budaya-budaya yang harus diubah …. salah satu contoh saja ya rekan-rekan
SELF REGULATED LEARNING
Sering kali diungkapkan … mudah memang … tapi realitas siswa dan mahasiswa belum memilikinya … masih sekedar jargon atau retorika. Namun kondisi darurat memaksa kita semua harus mendadak online dalam pembelajaran. Maka dimana-mana orang sibuk memilih google meet, zoom dll karena masih terngiang-ngiang pertemuan di kelas yaitu tatap muka.
Celakanya … kalau saya tetap memilih berempati dengan bapak OJOL maka saya akan mengatakan … Apa video conference itu dianggap murah oleh semua kalangan orangtua yang memiliki anak usia sekolah …. Apa mas dan mbak mahasiswa juga menganggap murah ….
Video 5. Kebijaksanaan menghadapi kedaruratan
Kami mengundang partisipasi rekan-rekan dalam kegiatan perkuliahan ini dengan mengklik tautan berikut https://chat.whatsapp.com/DqvxlIuf3gi2DC90S5iEEe.
Jelaskan pandangan saudara terhadap kondisi pembelajaran online ditengah pandemi … untuk entry behaviour … saya serahkan bapak ibu bagaimana menyikapi
1. Pembelajaran online untuk siswa
2. Pembelajaran online untuk mahasiswa