Heutagogy memiliki beberapa elemen. namun elemen ini tidak wajib mas bro dan mbak sis …. Jika saya rasakan elemen ini merupakan bagian sebagai persyaratan yang tidak mengikat untuk mengadopsi pendekatan heutagogy dalam pembelajaran. Beberapa elemen memang tidak akan diperlukan dalam situasi pendidikan yang non-formal.
Persetujuan. Bergantung pada tingkat otonomi yang diberikan kepada pengajar dari lembaga penyelenggara pendidikan. Hal ini menyangkut persetujuan penggunaan pendekatan heutagogy untuk pembelajaran sebelum diterapkan dalam kurikulum. Lembaga penyelenggara pendidikan berupa 1) dewan akademik, dan 2) para pembuat keputusan seperti menjadi kepala departemen, 3) Senior (orang yang dianggap senior dalam lembaga terkait). Jika dalam kegiatan pelatihan di perusahaan, mungkin perlu meyakinkan CEO atau manajer tentang perubahan dalam pelatihan. Elemen ini mungkin tidak wajib dikarenakan heutagogy dapat diimplementasikan tanpa memerlukan persetujuan.
Fasilitator. Orang yang akan memfasilitasi kemajuan pebelajar digambarkan sebagai fasilitator. Peran mereka adalah memastikan bahwa pebelajar disediakan dengan panduan yang relevan untuk memastikan bahwa hasil pembelajaran akan dioptimalkan. Interaksi dengan pelajar juga dapat memberikan pembelajaran bagi fasilitator. Dosen dan guru yang berperan sebagai fasilitator secara teoritis mungkin mudah, namun secara praktis sangatlah sulit. Dosen dan guru harus memiliki minat dan filosofis bahwa kegembiraan belajar dihidupkan kembali ketika mereka menggunakan metode pembelajaran berpusat kepada mahasiswa menjadi lebih menarik. Dosen dan guru yang berkomitmen penuh untuk pembelajaran mereka dan rencana pembelajaran.
Pilihan. Pebelajar, (seperti yang diharapkan mereka sendiri), memiliki jangkauan yang luas atau sempit dalam hal pembelajaran yang ingin mereka lakukan. Minat pebelajar memiliki perbedaan, Beberapa pebelajar ingin mendapatkan pemahaman mendalam tentang bidang yang sangat kompleks, sementara pebelajar yang lain memiliki kecenderungan belajar pada bidang pembelajaran yang lebih sempit. Peran fasilitator adalah membantu pelajar lebih jelas mendefinisikan apa yang ingin mereka pelajari. Fasilitator akan mempertimbangkan tiga hal: 1) relevansi, 2) pencapaian, dan 3) tingkat. Apa yang ingin dipelajari oleh pelajar harus relevan dengan program studi yang dipilihnya saat ini, topiknya harus sesuai dan bukan hanya menarik bagi pebelajar. Fasilitator harus mampu menghitung berapa banyak waktu yang tersedia untuk pelajar untuk melakukan pilihan jalan mereka. Juga sebagai fasilitator penting untuk menentukan tingkat sebagai ketetapan ruang lingkup pembelajaran yang dianggap sebagai capaian pembelajaran atau mendefinisikan capaian kesuksesan. Perlu dihindari dari fasilitator adalah Pendekatan pembelajaran berpusat pada guru yaitu memilihkan konten dan proses pembelajarannya.
Perjanjian. Pelajar dan fasilitator menyepakati beberapa hal yaitu 1) kerangka waktu untuk pembelajaran, 2) metodologi yang akan digunakan, 3) frekuensi tinjauan kemajuan dan 4) bentuk penilaian akhir (jika diperlukan). Perjanjian dapat dilakukan secara verbal maupun didokumentasikan secara tertulis. Pebelajar kemudian dapat diingatkan tentang tanggung jawab mereka, jika rencana pembelajaran berjalan di luar jalur. Secara tegas perlu dinyatakan bahwa perjanjian bukan merupakan kontrak formal dan mengikat. Sebaliknya, perlu ada fleksibilitas yang tinggi, sehingga jika keadaan berubah, program pembelajaran dapat beradaptasi. Misalnya perlu diakomodasi tentang temuan aspek pembelajaran oleh pebelajar yang menurut mereka relevan atau menarik bagi mereka, dan mereka ingin mengubah fokus pembelajaran mereka.
Peninjauan. Definisi pembelajaran heutagogis mengasumsikan bahwa ketika orang diberikan pengetahuan dan keterampilan baru, ada kemungkinan bahwa pelajar akan mengembangkan wawasan baru yang tidak diketahui oleh fasilitator. Proses untuk memperoleh wawasan pebelajar atau pengalaman belajar sering kita definisikan sebagai pembelajaran. Pebelajar kemungkinan memiliki 1) pertanyaan baru, 2) tantangan dan 3) kemungkinan jalan lebih lanjut untuk mereka kejar. Sehingga penting bagi fasilitator untuk menemukan atau meninjau secara berkala tentang 1) kemajuan apa yang telah dibuat dan 2) apa kebutuhan baru pebelajar. Sesi peninjauan dapat melibatkan pertemuan yang disepakati dengan fasilitator sebagai individu atau kelompok, tatap muka atau menggunakan teknologi yang tersedia. Bisa pula melakukan kegiatan sinkron atau asinkron menggunakan Learning Management System. Tinjauan juga dapat tertanam dalam pengalaman belajar dengan meminta peserta terlibat dalam refleksi kelompok dan individu yang menghasilkan keluaran yang dapat dilaporkan.
Penilaian. Umumnya proses dan kegiatan penilaian dilakukan pada akhir periode pembelajaran yang ditentukan, namun bisa saja diwujudkan penilaian dilakukan selama proses pembelajaran yang disepakati. Penilaian secara khusus merupakan pendekatan yang berpusat pada pebelajar.
Umpan balik. Permasalahan umpan balik adalah merupakan cara mengarahkan pebelajar pada tindakan tertentu berdasarkan nasehat pengajar. Umpan balik bukan merupakan keharusan, namun mungkin lebih tepatnya mengajak diskusi secara informal di mana pebelajar dan fasilitator bertukar ide dan pengalaman yang dapat memberikan manfaat. Pebelajar dapat berbicara tentang tantangan yang dihadapi (dan mengatasi) dan kemampuan baru pebelajar, sementara fasilitator memperoleh informasi yang berguna tentang cara membimbing pebelajar di masa depan. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam kelompok dan dapat menggantikan kuliah didaktik atau kegiatan kelompok yang direncanakan. Pertukaran pengalaman ini secara umum mengkonfirmasikan nilai pembelajaran yang dipelajari oleh pebelajar, sambil juga menawarkan wawasan tentang bagaimana pembelajaran di masa depan disepakati oleh kedua belah pihak,
Saya meyakini sudah banyak lembaga yang telah mendeklarasikan elemen ini, tapi he he he …. mungkin masih jargon. Kedepan saya meyakini setiap lembaga penyelenggara pendidikan dan pembelajaran membutuhkan elemen ini