Henry Praherdhiono
henry.praherdhiono.fip@um.ac.id
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang
Selayang Pandang Analisis
Saya melihat beberapa gedung sekolah diberbagai daerah tumbuh dan berkembang. Sekolah negeri dan sekolah swasta terus berbenah seolah ingin berlomba menunjukkan keinginan yang besar dalam memfasilitasi siswa belajar dan meningkatkan performansi siswanya. Beberapa gedung sekolah baru dirancang dengan konsep nan-minimalis. Konsep yang “aduhai” sangat menawarkan rancangan yang tidak “neko-neko” dengan mengesankan bangunan yang tidak rumit. Hal ini sangat berbeda pada saat kita melihat konsep gedung sekolah lama dengan kesan penuh ornamen yang menciptakan khas kerumitan dalam detail setiap lekukannya. Bahkan ada yang menyebut kesan “horor” lebih mendalam. Terlepas dari berbagai konsep tersebut saya ingin menganalisis konsep bangunan sekolah yang lama dan yang baru.
Konsep dan Keilmuan Bagunan Sekolah
Cita rasa bengunan ditentukan psikologis dan budaya pengembangnya, walaupun disisi yang lain bangunan memiliki pengaruh terhadap psikologi dan budaya penggunanya. “Lingkaran setan” yang terjadi pada bangunan dan penghuninya merupakan kodrat alam yang tidak dapat terelakkan. Warisan sosial dan psikologis dari Perang Dunia Pertama sangat mendalam dan memengaruhi cara orang berpikir tentang masa depan (Grosvenor and Van Gorp, 2018). Siswa yang bersekolah dianggap melambangkan masa depan yang baru dan lebih baik. Konsep ini dibidik oleh para arsitek modern untuk memaksimalkan peran mereka sebagai masyarakat baru, masyarakat di mana desain sekolah dilihat sebagai agen perubahan sosial.
Perkembangan belajar dan pembelajaran sangat pesat perlu didukung dengan lingkungan fisik. Reformasi pendidikan difokuskan terutama pada metode pengajaran dan konten belajar dan pembelajaran. Hasilnya, bahan ajar telah diperbarui dan metode pembelajaran ditingkatkan. Namun, yang kurang mendapat perhatian adalah lingkungan fisik tempat berlangsungnya pendidikan (Sanoff and Walden, 2012). Temuan yang paling menarik adalah pengajar yang berkualifikasi tinggi tidak ingin bekerja di fasilitas kuno dan tidak menarik. Hal ini juga ditambah dengan cara orang tua memilih sekolah mana yang akan diikuti anak mereka berdasarkan penampilan fisik sekolah dan teknologi modern yang tersedia. Kita sendiri akan berfikir ulang bahwa sekolah dengan lingkungan fisik internal yang “horor” memiliki efek buruk pada pembelajaran siswa dan kinerja guru. Tentunya banyak studi yang menghubungkan hasil siswa yang lingkungan fisiknya mendukung proses pendidikan.
Konteks Analisis Lorong Sekolah
Gambar 1 (“Sekolah Loker Lorong – Foto gratis di Pixabay,” n.d.)
Lorong sekolah yang dianggap “aduhai” mungkin adalah lorong sekolah yang diapit oleh ruang-ruang kelas. Ruang kelas ini ditaburi oleh lampu yang menyala saat penghuni sekolah ini melakukan aktivitas. Rancangan dianggap memenuhi kemanan dan kenyamanan, walaupun terjadi badai, guntur dan petir yang menyambar-nyabar (hiperboliknya). Pebelajar dapat dengan tenang bercengkrama dalam lorong tanpa terganggu faktor lingkungan yang membuat gangguan baik secara fisik dan mental. Namun sebenarnya menurut saya, ruangan inilah yang tidak pernah mendapatkan sinar matahari 24 jam. Semua menggantungkan pasokan listrik untuk penerangan dan sirkulasi udaranya. Matinya pasokan listrik justru membuat bangunan ini menjadi lebih horor. Konsep bangunan minimalis yang tidak neko-neko, tanpa ornamen teras menghiasi rancangan lorong kelas saat ini. Namun pendapat saya, ruangan tanpa sinar matahari merupakan ruangan dengan tingkat kesehatan yang rendah, dan sangat membahayakan dari sisi mental penggunanya yang cenderung menginginkan cahaya terang dan alami.
Gambar Dufresne (2020)
Saya melihat sekolah dengan arsitektur lama memiliki lorong yang unik. Lorong ini tertutup, namun masih mendapatkan sinar yang cukup dari matahari. Lorong tertutup yang berada pada tepi bangunan yang langsung menghadap sisi luar bangunan, menurut saya memiliki keistimewaan. Adapun keistimewaan tersebut adalah Pasokan listrik untuk penerangan bisa diminimalisir pada saat pembelajaran terjadi pada pagi hingga sore. Sirkulasi udara pada lorong sekolah ini sangat terjamin, hanya dengan membuka jedela. Kegiatan siswa yang belajar atau beraktivitas pada konstruksi lorong sekolah ini, bisa langsung melihat sisi luar sekolah. Kecukupan cahaya matahari yang alami dapat membangun mental siswa untuk menghargai lingkungan belajar. Keistimewaan konstruksi bangunan perlu dijadikan landasan arsitektur lorong sekolah minimalis. Kita tidak bisa mengatakan bahwa sekolah yang baik adalah sekolah yang minimalis saja tanpa memperhatikan konstruksi lingkungan belajar yang memenuhi unsur kenyamanan, keamanan dan kesehatan.
Gambar 3 (“Anime, Asli, Lorong, Sekolah, Wallpaper HD | Wallpaperbetter,” n.d.)
Nah … bagaimana kalau yang ini, …. Tentunya lebih cakep kan?, minimalis modern, walaupun masih seperti konsep arsitektur lama. Secara mental orang akan merasa berada pada lingkungan futuristik, karena merupakan lorong sekolah yang modern dengan taburan cahaya nan-alami. Saya berpikir bahwa lorong ini merupakan konstruksi baru yang dapat diterima oleh pengajar maupun siswa. semoga dalam membuat lorong sekolah masih memperhatikan cahaya dan sirkulasi yang alami (salam. Henry)
Referensi
Anime, Asli, Lorong, Sekolah, Wallpaper HD | Wallpaperbetter [WWW Document], n.d. URL https://www.wallpaperbetter.com/id/hd-wallpaper-sopqt (accessed 2.20.21).
Dufresne, A., 2020. Mengenang Sekolah “Favorit”*. TelusuRI. URL https://telusuri.id/mengenang-sekolah-favorit/ (accessed 2.20.21).
Grosvenor, I., Van Gorp, A., 2018. At school with the avant-garde: European architects and the modernist project in England. Hist. Educ. 47, 544–563.
Sanoff, H., Walden, R., 2012. School environments. Oxf. Handb. Environ. Conserv. Psychol. 276–294.
Sekolah Loker Lorong – Foto gratis di Pixabay [WWW Document], n.d. URL https://pixabay.com/id/photos/sekolah-loker-lorong-sekolah-tinggi-417612/ (accessed 2.20.21).
Menurut saya lorong sekolah adalah tempat untuk berkumpul disaat istirahat atau sepulang sekolah selain di kantin ataupun taman, karena tempat yang paling dekat dengan ruang kelas. Karena lorong kelas sering digunakan oleh siswa, seharusnya bangunan ataupun kenyamanan dan keamanan harus diperhatikan juga agar siswa juga tetap betah berada disekolah. Lorong sekolah pula menjadi jalan utama bagi siswa yang hendak memasuki kelas, maka saran saya setidaknya dilorong kelas diberikan hiasan-hiasan seputar pengetahuan agar siswa juga bisa belajar disitu dan menambah kesan yang lebih indah juga.
Sepuuuaaakat
whoah this blog is excellent i like studying your posts. Stay up the great work! You understand, a lot of persons are looking around for this information, you could help them greatly.
I was recommended this website by means of my cousin. I am no longer certain whether or not this put up is written by way of him as nobody else understand such special about my problem. You’re wonderful! Thank you!